Sabtu, 05 Januari 2013

~ Semua Orang Punya 4 Istri ~

Istri ke-4 Dunia,
Istri ke-3 Keluarga.
Istri ke-2 Badan.
Istri Pertama Amal.

~ Istri ke - 4 ~


Istri ke-4 ini lebih muda, lebih menyegarkan, lebih menyenangkan. Syahwat lebih ke istri yang ke-4 ini jika tidak melatih untuk mengendalikan syahwat. Bawaannya mencurahkan waktu dan kebersamaan buat istri ke-4 ini.
Dialah Dunia. Habis waktu kita, pikiran kita, tenaga kita,
untuk dunia.
Kita cari sebanyak-banyaknya dia ini, tapi bukan
untuk mendukung istri pertama, yakni amal.
Dunia yang kita cari buat dunia juga. Bukan
untuk hari akhir.

Carilah dunia, tapi
untuk berbagi,
Untuk bersedekah,
Untuk kita bisa memakmurkan masjid,
Untuk kita bisa mendukung dakwah dan pendidikan,
Untuk bisa bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya anak-anak yatim, dhuafa, dan fakir miskin.

Carilah dunia agar kita bisa membuka lapangan pekerjaan dan usaha bagi sebanyak-banyaknya orang. Dan kemudian membawa sebanyak-banyaknya orang u/ menjadi hamba Allah yang shalat, ngaji, dan juga cinta berbagi.
Buka kantor, toko, pabrik, showroom, sekolah, kampus, usaha, agar bisa membawa semua yang ikut dengan kita u/ belajar baca Qur’an, mencintai amalan-amalan sunnah, shalat tepat waktu, dan bersiap-siap bersama-sama menuju alam akhir dalam keadaan siap.





~ Istri ke-3, adalah Keluarga ~

Betapapun kita mencintai mereka, mencurahkan perhatian dan cinta u/ mereka, dan mereka pun memerhatikan, sayang, cinta, kepada kita, tetep saja.

Tetep saja apa?

Tetep saja kalau kita meninggal, ga ada yang mau diajak masuk nemenin ke dalam pekuburan.
Setelah selesai prosesi pemakaman, mereka satu per satu akan meninggalkan kita.
Bahkan saat kita masih di ruang tengah rumah, sudah terdengar gelak tawa dari anggota keluarga kita.
Padahal saat itu kita sudah mulai repot dengan pertanyaan alam kubur.
Di ruang depan, sebagian keluarga kita malah merokok, bercanda-canda, dan bicara-bicara tentang dunia: tentang proyek mereka, tentang pekerjaan mereka.
Kita masih belom dikubur, tapi udah ga mau nemenin kita total.
Mereka tetap ninggalin kita buat makan, minum, mandi, dan melayani tamu yang datang.
Tiba saatnya dikubur, bener-bener malah mereka akan memulai kehidupan baru.
Yakni kehidupan tanpa kita.

Lantas Dimana Tempat Berkumpul dengan Istri ke-3?

Persiapkan diri dan keluarga, u/ berkumpul bersama-sama.
Tapi di Surga. Jangan di Neraka.
Kita berpisah, dengan kematian, dari keluarga kita, sementara saja.
Setelah itu, kita akan dikumpulkan kembali.

Di mana?

Tergantung amal saleh kita, pendidikan kita, cara kita membawa anak-anak dan keluarga kita.
Jika kita ajarkan mereka mengaji, shalat, berderma, menjauhi maksiat, hidup penuh berbagi, menuntut ilmu tapi u/ bermanfaat bagi orang banyak, insyaAllah kita akan berkumpul di Surganya Allah.
Namun jika sebaliknya, maka neraka akan menjadi sejelek-jeleknya tempat berkumpul.



 ~ Istri ke-2, yaitu Badan ~

Di Buku Kado Ingat Mati, saya atas izin Allah menulis, bahwa ada yang lebih setia ketimbang dunia dan keluarga kita.

Yakni badan kita.
Dunia ga mau nganter kita ke kuburan, keluarga ga mau ikut dikubur. Tapi badan, mau ikut dikubur.
Badan yang kita perhatikan, yang kita beri vitamin, yang kita beri suplemen, kita rajinin minum habbatussauda, madu, sakit sedikit kita curahkan u/ badan kita, akan “dibayarnya” dengan dia ikut serta sama kita dikubur.

Namun, itu pun ada masanya.
Badan kita akan hancur, kecuali badan sedikit orang yang benar-benar menjadi Kekasih-Nya.

Tersisa 1 istri yang bakal menemani kita bukan hanya di pekuburan, tapi hingga nanti menemui Allah, Tuhan Yang Memiliki Pengadilan Akhir.

Dialah istri pertama yaitu amal.





~ Nah Inilah Istri Pertama Istri Yang Paling Setia, yaitu Amal ~

Istri pertama di kehidupan kita adalah amal.

Amal ini yang paling setia.
Setelah dunia ga mau diajak mati, diajak ke dalam kubur, keluarga kita pun hanya mau sampe ke tepian kuburan saja.
Nengok kita, setahun sekali. Itu pun 5-10 menit saja.
Badan kita, mau ikut dikubur. Tapi buat apa juga?

Kita perlu yang bisa membela kita.
Nah, ternyata yang paling setia, adalah istri kita yang pertama, yakni amal. Amal akan menemani kita sampe nanti yaumil hisab.
Dia akan membela mati-matian, sampe nanti dia ga bisa bela lagi.

Dia begitu setia. Sayang, kadang bagi sebagian orang, istri setia ini ga diperhatikan.
Kurus, jarang diberi makan minum, jarang diperhatikan.
Shalat, sebagai amal, berwajah hancur. Sebab bulang bolong.
Sekalinya shalat, tanpa ilmu, tanpa jiwa.
Tapi ya segitunya, amal berupa shalat ini tetep akan setia menjaga dan membela kita.
Sedekah, juga merupakan salah satu bentuk amal.
Sayang lagi, sedekah kita begitu sedikit.
Rasanya, demi melihat keburukan dan dosa kita, tidak bisa dia membela kita.

MaasyaaAllah.

Amal apa lagi yang bakal kita harapkan bisa membela
Puasa?
Shalat berjamaah?
Birrul walidain, berbuat baik sama orang tua?
Berbuat baik sama tetangga, sodara, manusia, alam?
Kejujuran, kesabaran? Keikhlasan?
Duh, kita tau seperti apa amal kita…
  


<Buku Kado Ingat Mati ust. Yusuf Mansur>

Kamis, 03 Januari 2013

~ Adukan Hanya Pada-Nya ~

~ Adukan Hanya Pada-Nya ~

Mengapa manusia tidak belajar banyak dari pengalaman pahit orang lain. Bahwa ketika ia mengeluh kepada sesamanya, kehinaan yang kemudian ia dapat kelak.

Siapa manusia yang tidak punya sahabat? Siapa manusia yang tidak punya kawan? Hampir rata-rata punya. Kesedihan dan kesepianlah yang ada bila seseorang hidup sendirian tanpa ada yang menemani. Tapi bila sahabat yang kita jadikan sahabat, kawan yang kita jadikan kawan, kemudian kelak ada perselisihan sedikit saja dengan kita, maka rahasia barat dan timur segera terbuka. Itu hanya akan terjadi bila kita sering mengadukan masalah kita kepada dia, dan sering mengeluhkesahkan kesusahan kepadanya. Sebab hal ini ternyata menjadi bumerang buat diri kita sendiri.

Memang salah satu sifat manusia adalah “gatel”. Bukan gatel pengen digaruk, tapi gatel untuk berkeluh kesah. Kerjaannya banyak mengeluh. Tidak laki-laki tidak perempuan. Dua-duanya senang mengadukan kesulitan hidupnya pada orang lain. Andai kita tahu bahayanya, tentu kita akan sedikit mengerem kegatelan kita ini. Apalagi mestinya kita tahu, bahwa seberapapun hebatnya kita mengeluh, yang menakdirkan bisa menolong hanyalah kehendak Allah. Bukan sahabat kita, bukan saudara kita.

Dalam hal ini Rasul pernah memberi tahu, bahwa seharusnya kita ridha akan apa yang menimpa kita, akan apa yang terjadi pada kehidupan kita. Supaya mutiara kesulitan kita bisa dapatkan seiring dengan kesabaran kita menerimanya sebagai sebuah ketetapan Allah. Tapi yang terjadi, kita kehilangan sesuatu, lalu kita mengeluhkannya. Maka kita menjadi rugi dua kali. Pertama rugi sebab kehilangan barang yang boleh jadi kita cintai, yang kedua, rugi sebab kita tidak dapatkan penggantinya sebab kita tidak ridho [dilihat dari mengeluhnya]. Oleh karenanya kata Rasul, musibah itu satu kesusahan, tapi bila mengeluh menjadikan dua kesusahan.

Di lain kesempatan Rasul menegaskan, “barangsiapa yang bangun di pagi hari lantas mengadukan kesulitan hidupnya kepada orang lain, maka seolah-olah dia mengadukan Tuhannya [tidak rela akan takdir-Nya]. Dan barangsiapa bangun di pagi hari dalam keadaan sedih karena urusan duniawi, maka di pagi itu dia telah membenci Allah.”

“Sesungguhnya manusia itu diciptakan berkeluh kesah. Jika diberi keburukan dia mengeluh, tapi bila diberi kebaikan dia menjadi pelit. Kecuali mereka yang shalat dan menjaga shalatnya.” (al Ma’arij: 19-23).

Pada suatu hari Rasul bertanya kepada para sahabatnya, perlukah aku mengajarkan kepada kamu semua, wahai sahabatku, doanya Musa ‘alaihissalam ketika melewati lautan bersama Bani Israil? Jawab sahabat, perlu ya Rasul? Kalau begitu bacalah ini, kata Rasul:

Allâhumma lakal hamdu wa ilaikal musytakâ wa antal musta’ân wa lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘adzhîem.

Ya Allah, bagi-Mu segala puji-pujian. Kepada Engkaulah aku mengadu, dan hanya Engkau yang bisa memberi pertolongan, serta tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Ya sudahlah, kita punya Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Menjaga segala rahasia. Mulai sekarang, jadikan Allah sebagai satu-satunya mitra berkeluh kesah dan sekaligus memohon pertolongan-Nya.

***

Ada Yang Maha Mendengar, yaitu Engkau, tapi kami mencari yang tuli, yaitu manusia.
Ada Yang Maha Membantu, yaitu Engkau, tapi kami mencari yang buta, yaitu manusia.
Ada Yang Maha Membantu, yaitu Engkau, tapi kami mencari yang diam, yaitu manusia.
Ada Yang Maha Berkuasa, yaitu Engkau, tapi kami mencari yang lemah dan tak bisa berbuat apa-apa, yaitu manusia.

Bisa apa manusia yang lain? Bisanya hanya berdiri di kepentingan dirinya sendiri – kebanyakan.
Bisa apa manusia yang lain? Bisanya hanya diam tak bisa membantu – kebanyakan.
Bisa apa manusia yang lain? Bisanya hanya balik menghina dan menertawakan – kebanyakan.

Maafkan kami ya Allah, maafkan…

Source : Sahabat Yusuf Mansur

Template by:

Free Blog Templates